Tuesday, December 10, 2013

Peran Orang Tua Mendidik Anak Di Dalam Keluarga



Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina  kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan  anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.

Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
menjamin kehidupan emosional anak
menanamkan dasar pendidikan moral anak
memberikan dasar pendidikan sosial
meletakan dasar-dasar pendidikan agama
bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi   kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai   tujuan akhir manusia.
Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah :
orang tua bekerjasama dengan sekolah
sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan   kepercayaan orang tua terhadap sekolah  yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
orang tua harus memperhatikan  sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan   menghargai segala usahanya.
orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar   di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi   dan membimbimbing anak dalam belajar.
orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani   proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga  tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
 
1. POLA ASUH OTORITATIVE (OTORITER)
Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi  di kemudian hari ,fokus lebih pada masa kini.
Untuk kemudahan orang tua dalam  pengasuhan.
Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan  ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam   belajar.
Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.Anak perempuan cenderung menjadi dependen

2. POLA ASUH PERMISIVE (PEMANJAAN)
• Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut anak menangis   dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak  :
Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang (manja), impulsive dan   mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau   kesulitan dalam tugas-tugasnya.
Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. POLA ASUH INDULGENT (PENELANTARAN)
Menelantarkan secara psikis.
Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
Anak dibiarkan berkembang sendiri.
Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :
Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba,  merokok   diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan.
Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. POLA ASUH AUTORITATIF (DEMOKRATIS)
Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa   kini.
Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri
Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak:
Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Menyepakati pola asuh yang paling efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa datang. Perilaku dewasa dan ciri kepribadian  dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi  selama tahun-tahun awal kehidupan, artinya antara masa anak dan dewasa memiliki hubungan berkesinambungan.
Dengan mengetahui bagaimana pengalaman membentuk seorang individu, akan menjadikan kita lebih bijaksana dalam membesarkan anak-anak kita. Banyak masalah yang dihadapi disekolah  (agresi, ketidakramahan, negativistik, dan beragam gangguan kesulitan belajar) mungkin dapat dihindari bila kita lebih memahami perilaku anak dan sikap orang tua mempengaruhi anak-anaknya, serta bagaimana menanganinya pada usia dini.
Sebagai orang tua perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan anak pada tiap usianya, untuk mempermudah penerapan pola pendidikan dan mengetahiu kebutuhan optimalisasi perkembangan anak .
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu yang jika berhasil akan   menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau gagal   akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1991)
Perkembangan manusia dikelompokan menjadi, Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa puber, Masa remaja,   Masa dewasa.
Tugas perkembangan yang menitik beratkan pada pendidikan yaitu diusia kanak-kanak, puber dan remaja.
Setiap tahap perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan motorik,   intelektual, sosial, emosi dan kreativitas.
Setiap tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi,   sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighust (Hurlock, 1994):
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak:
belajar memakan makanan padat
belajar berjalan
belajar berbicara
belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
mempersiapkan diri untuk belajar membaca
belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
Akhir masa kanak-kanak :
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang tepat
Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
Mencapai kebebasan pribadi
Masa Remaja :
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
Mencapai peran sosial pria dan wanita
Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Mempersiapkan karir ekonomi
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Memperoleh peringkat nilai dan etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembnagkan ideology
Awal masa dewasa :
Mulai bekerja
Memilih pasangan
Belajar hidup dengan tunangan
Mulai membina keluarga
Mengasuh anak
Mengelola rumah tangga
Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Masa usia pertengahan :
Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa dan bertanggung jawab dan bahagia
Mengembangkan kegiatan-kegiatan mengisi waktu sengang untuk orang dewasa
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Masa Tua :
Menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya icome (penghasilan) keluarga
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
Menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luwes.
Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia  sekolah (Wiwit W, Jash, & Metta R, 2003) :
Belajar keterampilan fisik untuk bermain
Sikap yang sehat untuk diri sendiri
Belajar bergaul
Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai
Keterampilan dasar
Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social
Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi
Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.
Beberapa aspek perkembangan yang mempengaruhi pendidikan anak yaitu, perkembangan kognitif serta perkembangan social (perkembangan nilai-nilai moral).

Peran keluarga dalam proses belajar anak

Pengalaman belajar yang terjadi dalam keluarga merupakan pengalaman yang paling utama dan paling penting bagi anak. Pengalaman belajar yang menyenangkan, nyaman, dan aman serta di linkungan yang menarik di masa kecil merupakan permulaan yang sangat berharga.

Mereka yang merasakan itu akan memaknai dan merefleksikan penagalamannya ketika dewasa. Ia menemukan bahwa belajar itu menyenangkan dan membawa manfaat bagi dirinya. Sebaliknya mereka yang dilalaikan dan ditekan dengan berbagai cara ketika masa kecilnya akan menghadapi kesulitan dalam bergaul dengan orang lain.

Perlu anda sadari, setiap anak berbeda. Setiap tahapan dan perkembangan anak, memiliki tantangan tersendiri. Untuk memahaminya , anda mungkin membutuhkan nasehat atau dukungan tertentu dari seorang yang ahli.

Keluarga sangat berarti dalam pertumbuhan anak usia dini. Bahkan dapat menjadi unsure penentu. Terdapat sejumlah peran yang dapat diberikan oleh keluarga agar proses belajar anak berkembang secara optimal. Diantaranya(diantara peran-peran itu) adalah dengan memberikan kasih sayang, member semangat dan dorongan. ,memfasilitasi, member rasa hormat serta mengenalkan apa-apa yang “tidak boleh” dan yang boleh kepada anak.
Buku : Kiat merangsang kecerdasan anak, oleh Ali nugraha dan Neny ratnawati, Pustaka Sehat

No comments:

Post a Comment